Turunan Harta Menurut Hukum Adat Minangkabau

   
      
     Oleh Sutan Syahril Amga Dt Rajo Indo, SH, MH

Realitakini.com Tanah Datar 
-Padang banamo Panyariangan, disinan batu tigo sakato. Anak dipangku jo pancarian, kamanakan dibimbiang jo Pusako. 

Ungkapan pribahasa menurut hukum adat Minangkabau ini mengandung, bagaimana tugas seorang laki-laki di Minangkabau. Bahkan bukan sekedar tugas, melain kan sekaligus dengan apa tugas itu dilakukan. Malah bagaimana cara melakukannya sudah diatur oleh pepatah hukum adat itu.

Demikian antara lain dikatakan tokoh adat Minangkabau Sutan Syahril Amga, Dt.Rajo lndo, S.H, M.H, dalam menjawab pertanyaan Realitakini.Com di Batusangkar, Senin (20/01/2025).

Menurut Dosen hukum adat universitas Muhammadiyah tersebut bahwa di Minangkabau ada 2 kelompok besar atas harta. 1.Harta pencaharian, yang kedua harta Pusako. Harta pencarian diuntukan bagi anak. Sementara harta Pusako untuk membimbing Kamanakan.

Dijelaskan ketua majelis tinggi kerapatan adat alam Minangkabau (MT-KAAM) Luhak nan Tuo ini, harta pencarian itu jelas asal muasal dan cara mendapatkan harta itu dan posisinya tergolong kepada Harta Pusako Randah menurut hukum adat Minang kabau.

Harta Pusako Tinggi adalah harta yang diterima secara turun temurun.  Harta Pusako Tinggi ini turunnya sebagaimana di atur oleh ketentuan adat yang jelaskan pepatah hukum yang berbunyi. 

Biriak-biriak tabang ka-sasak, dari sasak ka halaman, patah sayok tabang baranti, basuo di Tanah Bato. Dari Nyinyiak turun ka Mamak dari Mamak ka-Kamanakan, Sako jo Pusako baitu aturannyo. Kata Putra Ampalu Gurun Sungai Tarab itu.

Ditegaskan mantan anggota DPRD dari Kecamatan Sungai Tarab tersebut, jelaslah harta Pusako Tinggi turunnya kepada Kamanakan. Akan tetapi kamanakan menurut hukum adat Minangkabau bukanlah satu melainkan empat kelompoknya.

Adapun kelompok tersebut adalah, 1.Kamanakan nan batali darah, 2.Kamanakan nan batali adat. 3. Kamanakan nan batali ayie, 4. Kamanakan nan batali buwek atau nan batali emas dan atau Kamanakan budi. 

Dijelaskan pewaris keturunan "Katitiran Di ujuang tanduak nan mancotok di tapak tangan manyosok di ujuang kuku" (salah satu dari pendiri kerajaan Bungo Setangkai atau kerajaan tertua kedua setelah keraja an Pasumayam Koto Batu di Pariangan Nagari Tuo) ini. Kamanakan nan batali darah adalah Kamanakan kontan yang ibunya satu Ibu dengan yang akan mewariskan harta Pusako Tinggi itu, jelasnya yang bertopi Moris itu.

Kamanakan nan batali adat adalah yang Niniaknya dulu-dulunya satu hindu dengan Niniak awak. Akan tetapi semenjak 7 (tujuh) kali keturunan yang berlalu sudah punya rumah adat, sudah punya Pondam Pakuburan, sudah punya Datuak serta telah punya Kaum sendiri.

Yang Kamanakan nan batali Ayie adalah anak yang diangkat menjadi Kamanakan. Sedangkan yang dikatakan Kamanakan nan batali buwek atau batali emas dan atau yang batali budi adalah Kamanakan yang keberadaanya disebabkan oleh sesuatu.

Ke-empat Kamanakan ini berhak atas harta Pusako Tinggi menurut hukum adat Minangkabau. Namun harus menurut urutannya. Justru hukum adat Minangkabau melarang dulu mendahului. Kita boleh kencang tetapi tidak boleh dahulu mendahului, kecuali telah di izinkan oleh yang di depan, jelas tokoh Pers Nasional yang urang awak ini. (**) 

(Mailis)

Post a Comment

Previous Post Next Post