Menurut Ade Harlien S.TTP, M.Sc, Kadis.Parporabud.Pasaman selaku Ketua Pelaksana, pameran etnopotografi Edy Utama yang secara khusus digelar untuk memberikan ruang dan gerak bagi komunitas atau pelaku seni untuk dapat meluangkan ide dan gagasan dalam bentuk etnofotografi dalam seni dan budaya, termasuk pendidikan dan agama serta menjadikan museum sebagai tempat aktifitas kebudayaan.
Disebutkan, untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat dalam memahami ragam budaya yang harus dilestarikan, yang disajikan dari hasil karya besar ini adalah dari budayawan Edy Utama, “ pemeran ini salah satu upaya Pemkab.Pasaman dalam mendorong pengenalan beragam potensi luar biasa yang dimiliki kabupaten Pasaman melalui fotografi karya budayawan kita, “ungkap Ade Harlien.
Sementara menuru Budayawan Edy Utama, selaku kurator pameran menyebutkan, pameran Etnofotografi ini mengangkat tema “Surau dan Ritus Keberagamaan di Pasaman” yang mengetengahkan sejumlah ritus, tradisi pengangkatan pucuak syarak yang disebut Naik Gadang Gala Sako Kari Ibrahim,acara Bakau sebagai ekspresi budaya agraris, tradisi balimau khas Pasaman.
Selain itu ada gambaran tentang Ranah Pasaman serta sejarahnya yang ditandai dengan peningalan-peningalan sejarah situs situs pra Islam, yang menjadi kebanggaan yang harus dilestarikan bersama.
Sementara Bupati Pasaman H.Benny Utama Kari Ibrahim, menyebutkan, Pasaman merupakan salah satu daerah yang aman dan selalu menjaga nilai nilai budaya dan keagamaan, meskipun ragam etnis menempati daerah ini. Surau mempunyai peran penting ditengah masyarakat Minang, selain tempat ibadah sholat maupun mengaji, juga sebagai pusat pertahanan bagi ulama dalam memerangi kolonial penjajah waktu dulu.
Seperti tradisi Balimau, Kaua dan lainya, ulas Beny Utama, masih tetap terjaga di Pasaman bahkan menjadi ikon yang harus dijaga dan dilestarikan,” kami bangga digelarnya pameran ini, karena hanya Museum Tuanku Imam Bonjol, satu satunya museum di Sumbar yang telah melaksanakan kegiatan pameran Etnopotografi ini,”tutupnya. (Nurman)