Ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) Supardi menyorot sejumlah fenomena sosial men yimpang yang marak terjadi di daerah Luhak Limopuluah yakninya, di Payakumbuh dan Limapuluh Kota. Hal tersebut meliputi napza hingga hingga orientasi seksual terhadap sesama jenis (LGBT-red) Hal ini diungkapkan Supardi saat membuka pertemuan Pilar-Pilar Sosial Angkatan Ke-II Kabupaten Limapuluh Kota yang dilaksanakan selama tiga hari (24-26/5) di Hotel Grand Malindo, Bukittinggi.
“Payakumbuh dan Limapuluh Kota merupakan daerah serumpun, namun persoalan narkotika harus menjadi perhatian dimana tingkat peredaran nya cukup tinggi. Paling mengkhawatirkan itu adalah lem, bahkan ribuan pelajar pun terindikasi menggunakan lem dalam kenakalan nya,” kata Supardi. Dia me ngatakan, lem memiliki daya rusak yang lebih berbahaya dibanding narkoba, bahkan langsung me nyerang sel-sel organ vital seperti otak dan darah. Obatnya pun belum ada hingga sekarang termasuk tempat rehabilitasi pencandu lem.
Begitupun perkembangan LGBT di Payakumbuh dan Limapuluhkota, meskipun secara persentase tidak signifikan namun harus diwaspadai, penyimpangan orientasi seksual seperti LGBT tidak bisa ditebak bahkan yang berasal dari keluarga baik-baik bisa mengidap penyakit itu.
“Jadi merebaknya LGBT gampang, jika sekarang satu, besok bisa dua bahkan sepuluh,” katanya Dia mengatakan harus diakui bahwa LGBT merupakan suatu fenomena atau gejala sosial, karena telah ber tentangan dengan norma-norma dan nilai-nilai, baik itu agama, budaya maupun nilai-nilai Pancasila sebagai dasar falsafah hidup bangsa.
Untuk Diketahui menurut data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia beberapa waktu lalu, Sumbar di posisi kelima dengan jumlah LGBT terbanyak, terdapat kurang lebih 18 ribu orang yang tercatat sebagai LGBT.
Sementara itu, terkait Narkotika Kepolisian Daerah (Polda) Sumbar mencatat kasus penyalahgunaan narkoba yang berhasil diungkap pada tahun 2022 mengalami kenaikan dibanding pada tahun lalu.
Sepanjang tahun 2022 pihaknya 1.151 kasus penyalahgunaan narkoba dan ada 1.518 tersangka yang ditangkap. Sementara pada 2021 pihaknya mengungkap 1.044 kasus dan menangkap 1.444 tersangka.
Dia menjelaskan, pelatihan Pilar-Piliar Sosial angkatan kedua difokuskan kepada Kecamatan Bukit Barisan, Kabupaten Limapuluhkota. Pada kesempatan tersebut Supardi juga mengajak masyarakat untuk mengoptimalkan potensi daerah yang ada di Kecamatan Bukit Barisan, salah satu Nagari Baruah Gunung atau Koto Tinggi yang memiliki sumber daya alam jeruk yang telah tersebar di seluruh Indonesia.
“Baruh Gunung merupakan daerah subur, baik secara udara maupun kontur tanah, potensi itu harus dioptimalkan untuk kesejahteraan masyarakat,” katanya.Begitipun Koto Tinggi yang memiliki potensi wisata museum PDRI yang pernah menjadi ibu kota darurat Indonesia, tidak kalah juga Nagari Mehek yang memiliki wisata sejarah peradaban dunia, jadi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh sejumlah ahli sejarah peradaban tersebut sudah ada sebelum kerajaan Sriwijaya.
“Jadi nantinya kita akan jual ke seluruh Indonesia bahwa peradaban tertua itu ada di Nagari Menhir Mahek,” katanyaSementara itu Sampurno Kasi PSPPKM dan KAT, Dinas Sosial Provinsi Sumbar juga mengatakan, kegiatan Pertemuan Pilar-Piliar Sosial angkatan pertama dengan peserta yang terdiri dari unsur kemasyarakatan seperti Taggana, PSM, LKS,Karang Taruna, PKH. Jumlah peserta pada kegiatan ini juga 100 orang.” Terimakasih kepada Ketua DPRD Sumbar yang telah mengalokasikan anggaran pokok-pokok pikiran, untuk mengadakan acara ini. Hal itu berangkat dari keresahan terhadap fenomena sosial yang terjadi,” katanya.(pzv- Rk)
Tags:
DPRD Provinsi