Dalam Sambutanya Erman Rahman mengatakan,” Bencana
boleh datang, tapi korban harus di minimalisir. Karena itu mutlak diperlukan
kesiapsiagaan,” tegasnya
Kesiapsiagaan mulai dari mitigasi bencana
hingga penanganan pasca bencana perlu mendapat perhatian serius dari semua
pihak untuk meminimalisir korban dan kerugian jika bencana datang melanda.
Termasuk bagaimana pelaksanaan percepatan pemulihan setelah bencana terjadi.
Ia tak
menampik sebutan Sumbar sebagai salah satu ‘supermarket’ bencana di Indonesia.
Berbagai jenis bencana dari laut hingga daratan seperti gempa dan tsunami,
banjir, tanah longsor hingga kebakaran hutan rentan terjadi di daerah ini.
Bahkan ke depan Sumbar dihadapkan dengan salah satu bencana yang tidak bisa
dipastikan datangnya, namun mungkin saja bisa terjadi yakni gempa dan tsunami
megathrust Mentawai.
“Menurut
perkiraan, jika tsunami megathrust Mentawai terjadi akan berdampak pada 7
kabupaten dan kota serta 1 juta jiwa di daerah tersebut,” ungkap Erman.
Bertolak
dari prediksi tersebut, kesiapsiagaan mulai dari mitigasi bencana hingga
penanganan pasca bencana sangat diperlukan. Tidak hanya menjadi tugas
pemerintah, namun segenap lapisan masyarakat juga dituntut berperan, salah
satunya dalam hal penanganan pasca bencana.
Erman
kemudian menyinggung penanganan bencana gempa tahun 2009. Menurutnya, saat itu
terjadi kesimpangsiuran data pasca bencana yang berakibat “Tentu kita harus
belajar dari peristiwa tersebut. Penanganan pasca bencana membutuhkan data yang
akurat. Dengan data yang akurat pemerintah pusat akan cepat menindaklanjuti,”
terangnya.
"Nah,
demi mendapatkan data cepat dan akurat seputar kerusakan dan kerugian akibat
bencana, maka BPBD Sumbar menggelar Bimtek HC Jitu Pasna. Kemampuan yang
diperoleh dalam bimtek bisa membantu percepatan pemulihan pasca bencana,"
imbuhnya(*/Rk).