Demi Keselamatan Warga, Dewan Tanggapi Serius Potensi dan Tsunami di Pesisir Blitar Selatan


Realitakini com  Blitar, 
Meskipun laporan Badan Meteorologi, Klimatologo dan Geofisika (BMKG) tentang Gempa  berkekuatan 8,7 magnitudo yang diikuti tsunami 29 meter dipesisir selatan pulau Jawa Timur bersifat potensi dan bukan prediksi, hal tersebut harusnya tetap menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah,

Belajar Soft Skill, Generasi Milenial GenBI IAIN Kudus Gelar Pelatihan Desain Grafis Secara VirtualWebinar Pelatihan Desain Grafis, CEO Aish Media Ajak Anak Muda Terus Berkarya dan Manfaatkan Peluang Diduga lalai Berkendara Akibatkan Kecelakaan Beruntun dan Meninggal 

Sebagaimana yang disampaikan Luqman Indra Laksono, anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Blitar, sesaat setelah menerima anggota Kelompok Sadar wisata (Pokdarwis) di ruang transit gedung DPRD Kab. Blitar. Senin (14/06/2021)

“Bencana gempa dan tsunami tidak sama dengan bencana lain seperti bencana gunung meletus yang ada tanda yang bisa diterjemahkan dalam indikator tertentu. Gempa kalau belum terjadi memang potensi karena hampir tidak bisa diprediksi, kita memiliki banyak potensi di sepanjang pesisir  pantai selatan yang harus dilindungi keselatannya,” Ungkap Politisi PDIP tersebut.

Lebih lanjut menurut Luqman, para nelayan dan penduduk pantai beserta peradabannya merupakan kekayaan yang tidak ternilai, pemerintah bisa membahasnya dengan legislatif untuk memberikan perlindungan maksimal kepada warganya.

“Kami selalu membuka diri dengan pemerintah, khususnya yang menjadi mitra Komisi IV, untuk mencari solusi terbaik, memastikan pemasangan peringatan dini tsunami di seluruh pantai berpenghuni dSn melakukan sosialisasi dan simulasi penyelamatan,” tambahnya.

Senada, Medi Wibowo Anggota Komisi IV DPRD Kab Blitar ”Pemerintah memiliki kewajiban untuk melindungi rakyatnya ya, terkait tsunami dikatakan potensi, karena ini sudah isu nasional, menyikapi hal ini harus hati ­ hati, masyarakat dan pemerintah harus menyikapinya dengan bijak, waktu penyelamatan 16 menit ini harus di sikapi dan diterjemahkan dalam solusi dan simulasi agar masyarakat siap jika benar ada tsunami.” Pungkasnya. (edy)

Post a Comment

Previous Post Next Post