Seperti halnya yang diungkapkan Firdaus (42). Warga RT 3, Kelurahan Sigando ini, merupakan salah seorang petani yang menjual hasil perkebunannya ke STA GMB. Efisien waktu dan tenang, sangat dirasakan pria yang akrab disapa Sutan Batuah ini kala menjual hasil perkebunannya ke sana.
"Kalau kita yang bawa ke pasar sendiri, jual sendiri, paling tidak bisa sampai jam 14.00 WIB di pasar menunggu dagangan terjual. Kalau di sini satu jam saja bisa selesai, lalu terima uang dan bisa kembali ke rumah," ungkapnya saat bincang-bincang dengan Kominfo di STA GMB, Kamis (14/1).
Selain efisien waktu dan tenaga, kepastian harga juga dirasakan dampaknya oleh Sutan Batuah. Dia menyebutkan, kalau dagangan sudah dibawa ke pasar, biasanya sudah banyak potongan. Seperti potongan timbangan, upah angkat, sewa lapak dan lain sebagainya.
"Kalau di STA GMB ini, kita cuma tinggal timbang dan mengetahui berapa beratnya tanpa ada potong-potongan sepeser pun, lalu langsung dibayar," ucapnya.
Terkait dengan masalah harga, dia melihat, harga di STA GMB ini sebenarnya sama dengan di pasar. Cuma bedanya, petani sudah terbiasa untuk langsung menjual ke toke. "Nah, waktunya akan habis dan pengeluaran upah-upah lain, belum terpikirkan oleh rekan-rekan petani lain," katanya.
"Kalau saya sebagai petani melihat, kalau sudah ada tempat seperti STA GMB ini di kampung kita, alangkah bagusnya ini yang dibesarkan," tambahnya.
Hari pasar di STA GMB, buka Kamis dan Minggu, sama halnya dengan hari pasar Terminal Bukit Surungan. Mulai dari jam 09.00 hingga 12.00 WIB. Pada hari pasar kali ini, Sutan Batuah menjual hasil perkebunannya berupa cabai dan daun sup ke STA GMB dengan total berat sebesar 24 kg. (Abe)