Realitakini.com-Brebes,
Publikasi TMMD Reguler Kodim 0713 Brebes, terus mencoba mengangkat potensi-potensi wisata di desa sasarannya, Desa Kalinusu, Kecamatan Bumiayu, maupun juga di desa sekitarnya, yaitu di Desa Galuh Timur, Kecamatan Tonjong, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Ini dilakukan sebagai upaya Kodim membantu menarik wisatawan sehingga dampak kedepannya diharapkan bermanfaat meningkatkan perekonomian dari sektor wisata bagi masyarakat setempat dan sekitarnya.
Salah satu wisata sejarah yang belum begitu dikenal publik adalah Situs Makam Dawa (makam panjang) yang tepatnya terletak di Dukuh Makam Dawa RT. 06 RW. 02, Desa Galuh Tmur.
Dijelaskan Ketua Pokdarwis Kampoeng Purba Galuh Timur, Sertu Ali Mahfur, Babinsa setempat dari Koramil 08 Bumiayu, bahwa makam berukuran panjang 7 x 4 meter.
“Makam ini banyak dikunjungi para peziarah setiap Selasa dan Jumat Kliwon, yang sengaja datang untuk bertawasul atau memanjatkan doa kepada Tuhan YME,” bebernya.
Sementara dijelaskan lebih dalam oleh H. M. Yusuf (63), tokoh masyarakat setempat dari Dukuh Makam Dawa RT. 04 RW. 03, bahwa ada dua versi tentang siapa yang dimakamkan di makam ini.
“Masyarakat ada yang meyakini bahwa Makam Dawa adalah petilasan dari Syekh Bayanilah, sedangkan versi lain merupakan Makam Dharmawangsa alias Raden Raksamuka,” beber mantan Sekdes Galuh Timur periode 1990-1998, selanjutnya Kepala Desa pada 1998-2013 ini.
Dijelaskannya lebih dalam, untuk sejarah singkat dari Syeh Bayanilah, adalah penyiar agama islam khususnya di wilayah Galuh Timur. Ia merupakan paman dari Syekh Sayid Ahmad, menantu Prabu Siliwangi.
Sedangkan sebagian lagi percaya bahwa itu adalah makam Raden Raksamuka atau Dharmawangsa, ia merupakan Raja ke-4 di Galuh Timur. Untuk raja pertama bernama Dharmagati, kedua Dharmayuda/Bandayuda, ketiga Dharmaguna, dan yang kelima adalah Kertawangsa.
Semua raja tersebut merupakan keturunan dari Raden Surawisesa dari Ciamis, Kerajaan Padjajaran.
“Setelah kerajaan Galuh Timur runtuh, Raja Kertawangsa akhirnya membangun sebuah pedukuhan di Galuh Timur yang dinamakan Ketabasa,” imbuhnya.
Selanjutnya, di Galuh Timur ada dua sosok/tokoh setelah runtuhnya kerajaan, yaitu Ranajaya (Lurah pertama Galuh Timur), dan yang kedua adalah Mangkujaya (dimakamkan di Dukuh Kalipucung). Ranajaya sendiri berwatak kejam sedangkan Mangkujaya berwatak kalem.
“Di sebelah selatan petilasan/makam terdapat sebuah petak yang diyakini masyarakat adalah makam Roro Ayudieng, yaitu istri selir dari Raksamuka/Dharmawangsa tersebut,” tandasnya.
Sebagai tambahan, di sekitar malam/petilasan juga terdapat banyak rumpun bambu yang juga diyakini banyak terdapat pring/bambu pethuk. Menurut cerita, pring pethuk berdampingan dengan keris brojol. (Aan/Red)