Realiatakini.cam- Sawahlunto
Tantangan yang dihadapi Sawahlunto dalam menjaga berbagai kawasan dan bangunan cagar budaya yang terangkum dalam 'Warisan Budaya Dunia (World Heritage) UNESCO' adalah bagaimana Pemerintah Kota dan masyarakat bisa menyelaraskan antara pembangunan/tata kota dengan pelestarian kawasan - bangunan cagar budaya terkait. Hal itu disampaikan oleh Arkeolog Universitas Indonesia, Dr. R. Cecep Eka Permana, yang melakukan penelitian dalam rangka Kuliah Kerja Lapangan (KKL) arkeologi di 'Kota Arang' bersama 60 orang mahasiswa Jurusan Ilmu Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI).
Pembangunan, sebut Cecep haruslah terus berjalan karena itu yang akan menunjang perkembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Namun di sisi lain, terkhusus di kawasan Ombilin Coal Mining Heritage Sawahlunto (OCMHS) atau warisan pertambangan batubara Ombilin Sawahlunto harus dilestarikan dan dijaga keasliannya, sehingga bisa jadi untuk pembangunan fisik di kawasan itu harus dengan penyesuaian yang melewati banyak pertimbangan atau malah tidak diperbolehkan sama sekali.
"Nah, hal semacam inilah yang nanti rentan kesalahpahaman, jika tidak sedari awal semuanya satu pandangan, satu visi, satu pengertian tentang pelestarian heritage world ini. Maka itu saya menyarankan agar Pemko dapat memperbanyak inventarisir kawasan - bangunan - benda cagar budaya itu. Serta juga meningkatkan sosialisasi pada masyarakat. Sebab partisipasi masyarakat sangat menentukan keberhasilan pelestarian ini," sebut Cecep, yang ditemui usai audiensi dengan Walikota Sawahlunto Deri Asta, di Balaikota pada Senin, 15 Juli 2019.
Lebih lanjut, Cecep mengungkapkan bahwa potensi arkeologi di kota 'Belanda kecil' berusia 131 tahun ini sangat besar, sehingga jangan sampai dibiarkan menjadi tak teracuhkan begitu saja. Temuan - temuan arkeologi, kata Cecep sangat berharga untuk dipelajari dan menjadi pedoman di masa sekarang.
"Di Sawahlunto ini, kami dari arkeologi UI kan sudah 2 tahun melakukan penelitian. Bisa kami lihat, di sini sangat kaya dengan arkeologi kolonial dan arkeologi tambang batu bara. Ini temuan yang sangat berharga sebenarnya. Bisa dipelajari, ada ilmu yang bisa diperoleh dari sana. Ada kekayaan sejarah," tutur Cecep.
Untuk kedua kalinya meneliti arkeologi 'Kota Arang', tim dari Jurusan Arkeologi FIB UI semester 4 angkatan tahun 2017 ini meneliti dengan lokus penelitian di area bengkel utama PT. Bukita Asam Unit Pertambangan Ombilin (PT. BA UPO), atau bertepatan dengan Kelurahan Saringan, Kecamatan Barangin. Di sana, mereka melakukan penggalian untuk menemukan benda - benda arkeologi. Tak hanya untuk lokasi KKL ini saja, pihak UI juga membuka peluang lebar bagi Sawahlunto untuk melakukan kerjasama menindaklanjuti Memorandum of Understanding (MoU) Pemko Sawahlunto dengan Universitas Indonesia yang ditandatangani tahun lalu.
"Kami juga siap membantu dalam pengabdian masyarakat, memenuhi tri dharma perguruan tinggi. Kami bisa membantu mengarahkan, memberikan pertimbangan, atau dalam bentuk konsultasi dalam pengelolaan kawasan - benda arkeologi cagar budaya. Untuk peningkatan kapasitas insan museum, serta Sumber Daya Manusia (SDM) terkait pelestarian arkeologi cagar budaya lainnya, kami siap bantu dengan memberikan pelatihan, bimtek dan lainnya," kata Cecep.
Sambutan hangat diberikan Walikota Sawahlunto, Deri Asta bersama jajarannya, yakni Dinas Kebudayaan, Permuseuman dan Peninggalan Bersejarah (DKP2B), saat menerima audiensi sekaligus pamitan 60 mahasiswa dan 6 dosen pembimbing FIB UI itu. Usai menghaturkan terimakasih, Deri menyatakan sangat mengapresiasi kerja sama dengan UI dan berjanji akan mendorong Pemko 'Kota Arang' untuk lebih intens lagi melakukan kerjasama dengan Universitas yang berkampus di Depok tersebut.
"Kita sangat senang dan bangga sekali dapat bekerjasama dengan UI. Setelah ini, kita ingin kerjasamanya dapat ditingkatkan lagi, dapat lebih banyak aspek lagi yang kita sentuh dengan kerjasama ini. Maka peluang - peluang kerjasama yang tadi telah ditawarkan pak Cecep, kita siap kaji dan tindaklanjuti. Peluang itu harus kita tangkap, harus dimanfaatkan sebaik - baiknya," ujar Deri.
Senada dengan itu, Kepala DKP2B Sawahlunto Halomoan menyebutkan sangat terbantu berkat kerjasama dengan UI ini.
"Kami rasanya begitu terbantu dengan adanya kerjasama ini. Dari UI bisa memberikan edukasi dan informasi yang lebih mendetail dan mendalam, karena mereka kan memang berkompeten di bidang itu. Sementara di Dinas mungkin personel kita terbatas dan juga kualitas SDM belum merata. Sehingga dengan adanya konsultasi dari UI ini kita merasa semakin terbuka wawasan, bertambah lagi ilmu," kata Halomoan.
Manfaat lainnya, tambah Halomoan adalah sisi promosi wisata 'Kota Arang'. Betapa tidak, kedatangan 60 orang mahasiswa dari seluruh Indonesia itu tentu bakal berdampak besar bagi promosi wisata Sawahlunto. "60 orang mahasiswa ini, mereka sudah lihat dan rasakan sendiri wisata maupun kekayaan arkeologi Sawahlunto. Kita harap mereka nanti akan menyampaikan pada teman dan keluarga masing - masing. Sehingga semakin banyak orang yang ingin mengunjungi kota kita ini," ujar Halomoan. (Hms/An)
Tags:
Sawahlunto