IKM bonang bersauadar(produk kawah daun) dan sakila ( produks makan ringan )
menerima sartifikat secara simbolis dari disperindag yang di serahkan oleh Wakil Gubernur sumbar
Mengingat
pentingnya peran sektor industri pengolahan khususnya Industri Mikro Kecil
(IMK) terhadap produk domistik bruto ( PDB) nasional, maka diperlukan indikator
dini (early warning indicator) untuk mengamati perkembangan industri
mikro kecil. Indeks produksi industri mikro dan kecil dihasilkan dari survei
Industri mikro dan kecil triwulanan.. Angka indeks yang dihasilkan dapat
menggambarkan perkembangan produksi IMK secara lebih dini karena dirancang
secara periodik triwulanan. Angka-angka yang disajikan merupakan indikator
untuk menilai pertumbuhan IMK untuk periode triwulan I 2016 sampai triwulan II
2018 dalam KBLI 2 dijit.Pertumbuhan produksi industri manufaktur IMK (y-on-y)
tahun 2016 sampai tahun 2017 menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat
dengan kenaikan tiap tahunnya lebih dari 8,36 persen. Industri makanan (KBLI
10) dari tahun ke tahun merupakan kelompok industri pemberi kontribusi terbesar
terhadap pertumbuhan produksi IMK
.Perekonomian Sumatera Barat tahun 2018 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp230,53 triliun dan PDRB perkapita mencapai Rp42,57 juta atau US$2901,45. Ekonomi Sumatera Barat tahun 2018 tumbuh 5,14 persen, melambat dibanding tahun 2017 sebesar 5,29 persen. Ekonomi Sumatera Barat triwulan IV-2018 bila dibandingkan triwulan IV-2017 (y-on-y) tumbuh positif yakni sebesar 5,50 persen bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,41 persen.
Dengan demikian ,Pemerintah Provinsi Sumatra Barat optimistis pertumbuhan ekonomi daerah bisa menyentuh 6,26 persen, sesuai dengan target yang diajukan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2018. Wakil Gubernur Sumatra Barat Nasrul Abit menjelaskan, optimisme ini muncul dengan mempertimbangkan kinerja industri pengolahan di Sumbar yang terus tumbuh. Nasrul juga mengatakan, pemerintah terus menggenjot konsumsi pemerintah untuk menaikkan serapan belanja.
.Perekonomian Sumatera Barat tahun 2018 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp230,53 triliun dan PDRB perkapita mencapai Rp42,57 juta atau US$2901,45. Ekonomi Sumatera Barat tahun 2018 tumbuh 5,14 persen, melambat dibanding tahun 2017 sebesar 5,29 persen. Ekonomi Sumatera Barat triwulan IV-2018 bila dibandingkan triwulan IV-2017 (y-on-y) tumbuh positif yakni sebesar 5,50 persen bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,41 persen.
Dengan demikian ,Pemerintah Provinsi Sumatra Barat optimistis pertumbuhan ekonomi daerah bisa menyentuh 6,26 persen, sesuai dengan target yang diajukan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2018. Wakil Gubernur Sumatra Barat Nasrul Abit menjelaskan, optimisme ini muncul dengan mempertimbangkan kinerja industri pengolahan di Sumbar yang terus tumbuh. Nasrul juga mengatakan, pemerintah terus menggenjot konsumsi pemerintah untuk menaikkan serapan belanja.
Tak hanya itu, target pertumbuhan
yang cukup ambisius di tahun 2018 juga didodorong oleh perluasan pembukaan
lapangan kerja di sektor pertanian, kehutanan, perikanan, industri pengolahan,
dan transportasi. Peningkatan
indurti olahan di sumbar kita berdasarkan Perkembangan Industri (PIP) Sesuai dari data
pertumbuhan ekonomi Sumbar pada tahun 2016 sebesar 5,27 persen, tahun 2017
sebesar 5,92 persen dan tahun 2018 sebesar 5,14 persen, berarti pertumbuhan
ekonomi kita turun sebesar 0,56 persen dibanding tahun lalu, hingga pertengahan
Februari 2019.
Ini disampaikan Wakil Gubernur Sumatera Barat
Nasrul Abit dalam sambutan acara Rapat koordinasi (Rakor) penyusunan program
dan kegiatan industri dan perdagangan tahun 2020 dengan Bappeda dan Dinas
Perindag kabupaten kota se Sumatera Barat di Hotel Axana Padang, Kamis
(14/2/2019).
Acara Rakor ini dihadiri Dinas yang
membidangi industri dan perdagangan, Bappeda kabupaten dan kota se sumbar dan
Dinas Perindag Sumbar dengan jumlah diperkirakan 100 peserta.Wagub Nasrul Abit jelaskan, ini terjadi
selisih penurunan di sektor industri dan Usaha Mikro dan Menengah Kecil (UMKM)
yang otomatis mengurangi pendapatan masyarakat.
"Tentu kita harus mencari penyebabnya,
tidak bisa kita menyalahkan semuanya ke provinsi, tetapi kabupaten dan kota
juga ikut andil dalam penurunan ini," ucapnya.Menurut Wagub, salah satu penyebabnya adalah
terjadinya penurunan disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari mahalnya harga
tiket pesawat yang berdampak pada kunjungan wisatawan, legalitas industri dan
produk UMKM, serta berbagai persoalan lainnya.
Untuk sektor pariwisata juga hendaknya terus
melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk dengan Association of The
Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA), untuk mendorong turis asing
berkunjung ke Sumbar, sekaligus upaya untuk meningkatkan industri dan
perdagangan ini, diantaranya adanya legalitas sertifikasi halal produk industri
dan perdagangan, termasuk rumah makan, restoran, dan perhotelan.
“Selain itu dari sektor industri perlu
legalitas sertifikat halal yang baru ada sekitar 14 yang sudah sertifikasi
halal, tentu ini sangat kecil, artinya ini perlu ditingkatkan agar semua
produk-produk yang dihasilkan oleh industri rumah tangga dan UMKM terjamin.
Pentingnya legalitas halal untuk industri, agar yang datang ke Sumbar
benar-benar nyaman dan aman dan tidak perlu lagi merasa ragu dengan
produk-produk yang ada,” ujarnya
.Nasrul Abit juga katakan, dalam suatu pekerjaan di instansi harus ada suatu program perencanaan yang matang, ini dalam rangka perencanaan dan singkronisasi anggaran provinsi dengan kabupaten dan kota.
.Nasrul Abit juga katakan, dalam suatu pekerjaan di instansi harus ada suatu program perencanaan yang matang, ini dalam rangka perencanaan dan singkronisasi anggaran provinsi dengan kabupaten dan kota.
Sedangkan disisi lain Asben Hendri kepala dinas perdagangan dan perindustian provinsi Sumatera Barat melalui Kepala bidang (KABID) agro mengatakan,”peningkatan indursti provinsi Sumatera Barat sekarang ini , mengacu kepada Rencana pembangunan industri provinsi (RPIP) .Mulai dari tahun 2018 ini sampai tahun 2038,kita berada pada tahap pertama. Dalam tahap pertama ini kita fokus mengacu kepada pembinaan ke sentra sentra pengolahan makan yang ada di Sumatera Barat,untuk pencapaian peningkatan kwalitas dan produk standarisasi,” ujar Yudhy Dharma Putra di ruangan kerja jum’at 11 februari 2019.
Lebih lanjur Yudhy mengatakan ,”Sementara kini yang
menjadi kendala bagi kita di Sumatera Barat saat adalah , masyaalah perizinan atau legalitas,dikaranakan sentra sentra tersebut. harus mempunyai Disaster
Recovery Planning(DRP)halal, sedangkan frozen
food ( makanan beku) harus mempuyai izin .yang diterbitkan oleh Dinas Kesehatan, “kata yudhy.
Ia juga mengatakan Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2018 turun sebesar -7,83 persen, sementara nasional mengalami pertumbuhan positif sebesar 4,07 persen.Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang Provinsi Sumatera Barat (q-to-q) pada triwulan IV tahun 2018 turun sebesar -23,45 persen, sementara nasional mengalami pertumbuhan positif sebesar 0,90 persen.Pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2018 mengalami pertumbuhan positif sebesar 2,33 persen, dan nasional juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 5,66 persen.Pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil (q-to-q) Provinsi Sumatera Barat pada triwulan IV tahun 2018 naik sebesar 8,93 persen, nasional juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 1,24 persen (Wt).
Ia juga mengatakan Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2018 turun sebesar -7,83 persen, sementara nasional mengalami pertumbuhan positif sebesar 4,07 persen.Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang Provinsi Sumatera Barat (q-to-q) pada triwulan IV tahun 2018 turun sebesar -23,45 persen, sementara nasional mengalami pertumbuhan positif sebesar 0,90 persen.Pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2018 mengalami pertumbuhan positif sebesar 2,33 persen, dan nasional juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 5,66 persen.Pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil (q-to-q) Provinsi Sumatera Barat pada triwulan IV tahun 2018 naik sebesar 8,93 persen, nasional juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 1,24 persen (Wt).
Tags:
Pariwara