Realitakini.com-Sumabar
Pada 24 Januari
2017 lalu saya mengikuti High Level Meeting, rapat Tim Pemantauan dan
Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumbar di Kantor BI Perwakilan Sumbar. Acara
ini turut dihadiri oleh Kepala BI Perwakilan Sumbar, Pemkab/Ko se-Sumbar, dan
dinas terkait. Salah satu bahasan yang cukup hangat adalah kenaikan harga
cabai. Kota Padang menduduki posisi keempat inflasi tertinggi secara nasional
dan kedua di Sumatera.Dari data BPS Sumbar dapat dilihat bahwa cabai adalah
komoditi yang menyumbang inflasi cukup signifikan. Menurut data BPS, untuk
inflasi bulan November 2016 di Padang sebesar 1,13%, cabai dan beras menyumbang
angka terbesar. Cabai menyumbang 0,90% dan beras 0,15%.
Sedangkan jika melihat angka inflasi Sumbar tahun
2016 sebesar 4,89% (yoy), cabai merah dan beras menyumbang inflasi sebesar 44%
dan 7%. Inflasi di Sumbar tahun 2016 lebih tinggi dari nasional yaitu 4,89%
(yoy) dibanding 3,02% (yoy). Penyebab dominannya adalah gangguan produksi
akibat cuaca dan kenaikan tarif angkutan udara pada saat perayaan hari besar
keagamaan.Dari sisi kebutuhan, cabai adalah termasuk yang permintaannya tinggi
di Sumbar. Karena memang orang Minang menjadikan cabai sebagai komponen utama
dalam menu wajib makanan sehari-hari mereka. Sehingga makan tanpa ada komponen
cabai di menu rasanya ada yang tertinggal.
Upaya mengendalikan cabai dengan mengandalkan
pasokan dari petani tidak bisa dilakukan seperti halnya memasok beras. Jika
untuk beras, berbagai cara bisa dilakukan pemerintah untuk menanganinya. Di
antaranya meningkatkan peran penyuluh, pembuatan sawah baru, pemberian benih
dan pupuk, mekanisasi alat pertanian, dan perbaikan irigasi. Dan ini sudah
terbukti mampu meningkatkan produksi beras. Dan tidak hanya beras, beberapa
komoditas seperti bawang merah juga bisa dilakukan pendekatan semacam ini.Sedangkan
cabai, petani tidak bisa didesak menanam cabai untuk menyiapkan pasokan. Karena
selain butuh kondisi cuaca tertentu, perawatannya juga rumit. Jika terjadi
hujan lebat atau ketika musim hujan, cabai sulit tumbuh. Cabai akan busuk atau
tidak berbuah, sehingga terjadi kegagalan panen.
Sedangkan ketika menanam cabai di musim kemarau,
bisa tumbuh lebih baik, namun terjadi panen serentak di berbagai tempat.
Sehingga harga cabai pun turun, sesuai hukum permintaan. Yaitu jika barang
sedikit tapi permintaan banyak, maka harga semakin mahal. Jika barang banyak
dan permintaan tetap atau makin sedikit, maka harga semakin murah. Dengan
kondisi seperti ini, Sumbar memenuhi kebutuhan cabai dari daerah lain seperti
Rejang Lebong (Bengkulu) dan Jawa Tengah.Cabai yang dihasilkan petani di Sumbar
sebenarnya ada, yaitu cabai kualitas premium, dan harganya tinggi, namun lebih
banyak dijual ke luar Sumbar. Sedangkan cabai yang biasa atau non premium,
didatangkan dari luar Sumbar.
Secara umum, dengan tingkat kesulitan yang cukup
tinggi dan karakter petani di Sumbar yang cenderung pragmatis dalam menanam,
maka sulit mendapatkan pasokan cabai dengan jumlah besar dari petani di Sumbar.
Pemerintah melihat situasi dan kondisi yang demikian, kemudian mencari solusi
yang bisa dilakukan. Karena pendekatan yang sudah dilakukan selama ini ternyata
dipandang belum berhasil.Salah satu pendekatan baru itu di antaranya adalah
dengan menggerakkan masyarakat untuk menanam cabai. Benihnya dalam bentuk
polybag yang sudah berisi pupuk dan tanah yang sudah disediakan pemerintah, dan
dibagikan secara gratis. Sehingga diharapkan masyarakat meletakkan sedikitnya
20 buah polybag di pekarangan rumah mereka.
Masyarakat tidak perlu merawat secara khusus
karena di polybag tersebut sudah tersedia pupuknya. Jika kondisi kemarau, maka
hanya perlu disiram. Dan jika kondisi hujan, tidak perlu lagi disiram. Cukup
praktis. Dengan gerakan semacam ini, masyarakat diharapkan tidak perlu membeli
cabai, cukup memetik dari pekarangan rumah mereka.Pembagian bibit cabai dengan
polybag beberapa waktu lalu dilakukan kepala Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) bekerjasama dengan PKK Prov. Sumbar yaitu sebanyak 150.000
bibit cabai untuk masyarakat. Dengan pembagian ini, setidaknya puluhan ribu
masyarakat akan bisa menikmati sendiri cabai di rumah mereka. Selain kepada
masyarakat, direncanakan pula pembagian bibit cabai kepada pelajar SMA di
Sumbar.Ini baru dari satu pihak yang memberi bibit cabai, insya Allah akan ada
lagi pemberian melalui dana APBN, APBD Provinsi, dan juga keterlibatan swasta
dalam bentuk CSR (Corporate Social Responsibility).
Mudah-mudahan dengan adanya gerakan menanam cabai
ini bisa membantu masyarakat memenuhi kebutuhan cabai di rumah tangga mereka.
Selain itu, dengan adanya gerakan menanam cabai diharapkan harga cabai di
pasaran kembali stabil sehingga inflasi pun berkurang. Insya Allah jika kita
bersama-sama mendukung gerakan menanam cabai ini, akan menghilangkan cabai
sebagai momok inflasi yang terjadi selama ini. ***
Tags:
peristiwa