Realitakini.com -Pasar senin
Pascakebakaran,
Pasar Senen berduka. Tak terdengar lagi hiruk pikuk pedagang yang menyorakkan
dagangannya. Roda perekonomian pedagang seakan kembali ke titik nadir. Mereka
yang masih memiliki modal, terus mencoba bertahan "menggalas"
(berjualan) di pinggir jalan depan Pasar Senen. Meski kejadian kebakaran jauh
di Jakarta sana, tetapi duka para pedagang terasa hingga ke Ranah Minang.
Sebab, pedagang yang berjualan di Pasar Senen hampir didominasi oleh
"urang awak". Sebanyak 1.661 pedagang di Pasar Senen merupakan perantau
Minang. Dalam sekejap saja api telah meluluhkan harapan perantau Minang untuk
dapat bertahan hidup di Jakarta. Jika dihitung-hitung, sudah berkali-kali Pasar
Senen dimamah api. Namun kebakaran kali ini termasuk paling hebat. Lebih kurang
500 kios ludes terbakar. Ketika berdiri pada tahun 1735, Pasar Senen dinamai
Pasar Snees. Disebut Pasar Snees karena pedagangan di pasar ini berlangsung
setiap hari Senin dan didominasi oleh masyarakat etnis Tionghoa.
Dalam perjalanannya nama pasar ini berubah
menjadi Vinck Passer. Nama ini merujuk kepada arsitek pengembang pasar tersebut
yakni Yustinus Vinck.Pembangunan Pasar Senen bersamaan dengan dibangunnya Pasar
Tanah Abang. Meskipun awalnya pasar ini hanya dibuka pada hari Senin, namun
pada tahun 1766, pasar yang ramai dikunjungi ini akhirnya dibuka untuk hari
selain hari Senin.Dalam perkembangannya wajah pasar Senen serta kawasan di
sekelilingnya senantiasa berubah. Selama lebih dari 274 tahun kawasan pasar ini
menyimpan banyak cerita dan sejarah terjadi di dalamnya. Memasuki era
1970-1990an, kawasan Pasar Senen semakin membesar dan tumbuh sebagai pusat
ekonomi dan hiburan. Saat itu pulalah pedagang "urang awak" mendapat
tempat di Pasar Senen. Pedagang Minang yang awalnya hanya berdagang
kecil-kecilan, berubah menjadi pedagang besar berkat untung yang mereka
kumpulkan. Fenomena kehebohan kawasan Pasar Senen sebagai pusat perekonomian
dan hiburan semakin menjadi-jadi saat Gubernur Ali Sadikin mencanangkan
pembangunan “Proyek Senen” yang dilengkapi fasilitas gedung parkir melingkar.
Ini menjadi lokasi gedung parkir pertama yang ada di Jakarta.
Sayangnya sejak peristiwa kerusuhan massal tahun
1998, pamor kawasan Pasar Senen mulai meredup. Kini, kawasan Pasar Senen mulai
ditinggalkan. Kemegahan dan kemewahannya perlahan memudar. Kios-kios besar kini
digantikan oleh para pedagang kaki lima yang menggelar dagangannya hingga tepi
jalan. Kawasan pasar bersejarah itupun mulai menjadi kumuh dan tidak
terawat.Puncaknya, 19 Januari 2017 lalu. Pasar ini terbakar hebat. Kebakaran ini
melemahkan denyut nadi pedagang, termasuk pedagang"urang awak" di
Pasar Senen. Beruntung, Walikota Padang H. Mahyeldi Ansharullah Dt Marajo hadir
di tengah-tengah duka yang melanda pedagang Minang, Rabu (26/1) malam lalu.
Walikota memberikan motivasi dan semangat kepada pedagang untuk tetap bertahan.
Walikota menyalami satu-persatu dan berbaur bersama pedagang sambil mendengar
keluh kesah yang dialami setelah mendapat musibah. Pedagang yang masih bertahan
di Pasar Senen ketika itu merasa dihargai dan tidak ditinggalkan. Kehadiran
Mahyeldi di tengah-tengah pedagang telah menambah spirit dan motivasi mereka
yang sempat kendor setelah kebakaran melanda. Apalagi Walikota Padang tidak
ingin hubungan antara ranah dan rantau terputus. Diakui memang, keberadaan pedagang
"urang awak" di Pasar Senen cukup berpengaruh terhadap perekonomian
Sumatera Barat. Bisa dikatakan, barang dagangan yang beredar di Sumatera Barat
relatif banyak berasal dari Pasar Senen. Hingga detik ini belum diketahui
penyebab terbakarnya Pasar Senen. Masih menjadi misteri yang belum terpecahkan.
Pun begitu, pedagang masih berjualan, meski hanya menggunakan badan jalan.
Sudah selayaknya Pemerintah DKI Jakarta cepat mencarikan lokasi berdagang yang
representatif. Sebab, selama ini pedagang Pasar Senen telah berkontribusi besar
terhadap perekonomian Jakarta. Budi sudah harus berbalas. Karena tak elok pula
rasanya jika Pemkot DKI Jakarta mengabaikan pedagang Pasar Senen hingga
terpediarkan dan terlunta-lunta. (Humas/
CM*)
Tags:
Nasional